Sabtu, 23 Agustus 2014

Karena Dakwah Itu Dengan Ice Cream...

Bismillahirrahmanirrahim.

Saat ini jam di laptop sudah menunjukkan pukul 02.14 WIB. Tidak seperti biasanya, mata masih tetap terjaga, sengaja memang, karena ingin menyempatkan diri membuat satu postingan baru, di blog kesayangan. Melalui blog yg sudah berulang kali mengalami perombakan ini, penulis ingin coba membiasakan diri dengan aktivitas tulis menulis, mengingat adanya janji dengan diri sendiri, bahwa kelak akan menjadi seorang penulis handal, yang berhasil membuat sebuah karya cipta fenomenal pada masa yang entah kapan akan datang. Hmm, semoga saja bisa kesampaian. Aamiyn Yaa Rabb.

Hah... ada banyak topik yang menggelantung di kepala ana selama satu pekan terakhir ini, topik-topik yang sepertinya akan sangat menarik jika diceritakan disini, tapi untuk malam ini, pilihan ana jatuh pada satu topik menarik tentang 'Dakwah Kampus'. Ya, topik yang sedang hangat-hangat nya di MT saat ini adalah isu tentang PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru). Setelah terhitung 1 bulan lebih lamanya menjalankan amanah di kepanitiaan PMB ini, ada banyak cerita dan pelajaran menarik yang ana dapatkan dan ingin ana bagikan. Melalui tulisan sederhana ini, semoga bisa memberikan manfaat. Selamat menikmati... :)

AHLAN WA SAHLAN 

"Ahlan Wa Sahlan...",

Tanpa disadari, sepertinya kalimat ini menjadi kalimat yang paling sering kita ucapkan selama kepanitiaan ini berlangsung, khususnya ana dan akh Hartomo, yang sampai serak sendiri tenggorokan, karena mengulangi kalimat ini berkali-kali di stand dan saat pawai keliling kampus promosi tentang MT. Kalau kita merujuk kepada tradisi orang-orang arab, maka kalimat ini sering kita dapati pada mereka yang sedang menyambut tamu-tamu yang menghadiri rumahnya. Berpesan kepada si tamu, 'Ahlan Wa Sahlan'. Secara harfiah, 'Ahlan' berarti ahli atau yang memiliki, dan 'Sahlan' yang berarti mudah. Atau makna keseluruhannya berarti, kepada si tamu, ia berharap agar tamu merasa bahwa rumah ini adalah miliknya juga sehingga merasa mudah atau tidak segan ketika berada di dalamnya.

Dengan semangat menyambut maba, kita juga sampaikan makna yang serupa. Berulang-ulang. Tak bosan-bosan. Kita sampaikan lagi kalimat ini. Sebuah kalimat sederhana, namun dalam makna. Dengan kalimat sederhana ini, seraya memberi senyuman merekah, kepada mereka kita berkata: 

"Saudara/i ku. Engkau diakui.. Engkau diterima, dan Engkau dinantikan disini. Ahlan Wa Sahlan..." 

Ahlan Wa Sahlan. Ya Akhi wa Ukhti...

HIJAB YANG MEMODERAT

Ini satu hal yang unik menurut ana di pelaksanaan PMB kali ini, bagaimana tidak, hijab yang umumnya identik dengan kain berwarna hitam, yang memiliki nuansa kaku dan angker, kali ini kita berhasil mengubahnya, atau ana memiliki bahasa sendiri, kita berhasil 'memoderasi'-nya, menjadi hijab yang lebih berwarna, dan lebih moderat. Jeng, jeng ~
Hijab Moderat
Hijab yang berfungsi untuk menjaga pandangan dan interaksi berlebih antara ikhwan dan akhwat ini, ana rasa menjadi sebuah ide segar ditengah tuntutan kreatifitas dalam berdakwah. Bersikap moderat yang berarti melakukan penyesuaian dengan zaman dan kondisi lingkungan, dengan catatan tidak mengabaikan ajaran syari'at, maka Hijab yang juga berfungsi sebagai media photo booth ini bisa berkibar dengan begitu elegannya sepanjang pelaksanaan PMB ini. Salah saatu prestasi kita nih, hehe. Bravo ikhwah !

ITSAR PENGURUS

"Setinggi-tingginya ukhuwah adalah, itsar kepada sesama.", begitu pesan yang pernah disampaikan oleh Ustadz Sayyid Hasan Al-Banna. Itsar yang berarti, lebih mengutamakan kebutuhan orang lain diatas kebutuhan kita sendiri. Hmm, sepertinya hal itu terlatih selama pelaksanaan PMB ini. Gelar karpet malam-malam, dekor mading dan buat hiasan berjam-jam, bolak-balik toko tulis, nungguin stand sepanjang hari, semua itu kita lakukan, sambil mengorbankan sedikitnya waktu dan tenaga yang kita miliki. Semata, agar para maba bisa tertarik dan merasa nyaman ketika berkunjung ke stand MT.

DAKWAH ADALAH CINTA

"Dakwah adalah cinta...", begitu kata para aktivis dakwah. "Kalau sudah cinta, maka apapun akan diberikan untuknya...", kata salah satu aktivitis dakwah lagi menyempurnakan kalimat tersebut. Ya, cinta adalah modal kita dalam berdakwah. Karena dakwah, itu berbicara tentang persaudaraan, rasa memahami, kasih sayang, kelembutan, dan menjaga perasaan. Dan objek dakwah, adalah manusia yang membutuhkan itu semua. Ini semua bisa kita wujudkan dalam bentuk dakwah fardiyah. Dakwah fardiyah yang berarti dakwah secara personal, menjemput dan menyampaikan langsung pesan dakwah kepada seseorang, menjadi tantangan dan pengalaman tersendiri saat pelaksanaan PMB ini. Rasa malu, takut, bingung, canggung, kikuk seharusnya itu semua bisa terselesaikan dengan satu kata, yaitu... cinta. Rasa cinta kita lah yang kemudian membuat kita mudah dalam menghampiri, menegur, berkenalan, hingga mengajak saudara muslim dan muslimah yang berstatus maba kepada kebaikan. InsyaAllah kita akan banyak belajar tentang itu.

DAKWAH ICE CREAM 

"Serulah mereka (manusia) ke jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pengajaran yang baik..." (Q.s. an-Nahl: 125).

Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah yang telah mewajibkan kita untuk berdakwah dengan hikmah, dengan penuh kasih sayang. Ayat ini mengajarkan dan menuntun kita agar senantiasa menggunakan cara-cara yang baik dalam berdakwah. Karena sebuah tujuan yang baik, tidak akan berarti kecuali dibarengi dengan cara yang baik pula. Ya, dengan cara yang baik, maka akan ada banyak hal yang akan kita mengerti dari dakwah ini, berawal dari dakwah, maka kelak kita akan mengerti tentang arti persaudaraan, rasa cinta, kasih sayang, komitmen, harapan, kesabaran hingga sampai pada pengorbanan, karena... mencoba mengutip perkataan Ust. Umar Hadi:

'Karena Dakwah Itu Dengan Ice Cream, Bukan Dengan Ekstrem'. :)

Ice Cream atau Beng-beng (?)

Alhamdulillah.

Tertanda,
Penulis yang sedang belajar nulis. Akhukum fillah.

Minggu, 17 Agustus 2014

Dirgahayu Indonesiaku: Memaknai Kemerdekaan Integral

Bismillahirrahmanrrahiim.

Merdeka ! Merdeka ! Merdeka !


Alhamdulillah.
Saat ini, Indonesia-ku telah memasuki usia yang ke 69. Hmm, usia yang sudah cukup dewasa menurut saya, untuk ukuran sebuah bangsa. Ya, seperti yang biasa sudah dilakukan di tahun-tahun sebelumnya, dalam rangka meramaikan euforia di hari kemerdekaan Indonesia,warga-warga saling berlomba untuk mengibarkan bendera sang saka merah putih di depan rumahnya, mungkin mereka ingin menunjukan rasa nasionalismenya dan penghargaannya terhadap para pejuang yang sudah berusaha mati-matian membela bangsa ini. Kebetulan saat ini saya tidak ikut mengibarkan bendera, bukan karena jiwa nasionalisme saya diragukan, tapi karena yang memiliki tanggungan itu, bapak dan ibu di kosan saya. :) Ya, mudah-mudahan dengan tulisan ini, bisa menjadi sedikit menjadi bukti rasa nasionalisme saya, hehe. Disamping bendera, ada lagi yang lainnya, hebohnya warga dalam mengadakan lomba-lomba juga turut menyemarakkan hari kemerdekaan, seperti lomba balap karung, makan kerupuk, tiup balon, tarik tambang, masukin paku ke dalam botol kecil (ini yang paling sulit menurut saya) hingga panjat pinang, bisa kita saksikan di setiap kelurahan. Hmm, saya perhatikan, lomba-lomba seperti ini sepertinya memang sudah menjadi lomba tahunan dan andalan bagi warga kita dalam menyambut kemerdekaan, sehingga setiap tahun, lomba-lomba seperti inilah yang diadakan. Semuanya saling berkumpul, saling bersaing, saling bekerjasama, saling dorong, saling tarik, hingga saling pukul (?) untuk bisa menjadi pemenang dan mendapatkan hadiah-hadiah menarik nan menggiurkan  di perlombaan tahunan ini. Dilengkapi dengan ramainya gelak tawa dan riang tak terkira dari anak-anak kecil, disambut ibu-ibu yang tak mau ketinggalan heboh, semua yang ada semakin menambah semaraknya ulang tahun bangsa Indonesia pada tahun ini.

Lomba Memasukkan Paku dalam Botol

Belum Kemerdekaan Integral

Kemerdekaan bangsa ini merupakan sesuatu yang memang patut kita sambut dengan penuh keceriaan, suka cita dan juga kesenangan. Karena memang dahulu, kata 'kemerdekaan' merupakan suatu hal yang paling ditunggu-tunggu oleh warga ini. Betapa tidak, lebih dari 3,5 abad lamanya warga ini terpuruk, berada dalam tekanan bahkan penindasan kaum penjajah, dan juga kemiskinan bahkan ancaman kematian senantiasa menghantui warga ini, maka kata 'Kemerdekaan', bagi mereka menjadi sebuah rahmat di tengah penantian yang begitu-teramat-sangat panjang. Sehingga, sambutan keceriaan yang dipenuhi dengan rasa syukur terkira adalah kepatutan yang perlu untuk dilakukan. Hmm, namun sepertinya ada satu hal yang jangan sampai terlupakan, bahwa sambutan keceriaan itu seyogyanya juga perlu dibarengi dengan kesadaran untuk melakukan evaluasi perbaikan. Ya, upaya untuk tetap menyadari bahwa masih ada permasalahan yang belum selesai dari bangsa ini, mengenali permasalahannya, menerimanya, dan menyusun rencana perbaikan itu semua adalah semangat yang perlu kita bawa, selepas euforia ini, agar kita semua tetap bisa melanjutkan kehidupan kita dalam berbangsa kedepannya dalam keadaan yang lebih baik. Karena kalau kita coba merenungi dan menghayati lagi, makna kemerdekaan yang kita miliki saat ini, maka rasanya, menurut saya pribadi, makna kemerdekaan disini belum memiliki makna yang bulat, artinya, kemerdekaan yang kita peroleh sampai saat ini, sampai detik ini, masihlah hanya sebagian saja, belum sepenuhnya merdeka, atau saya bahasakan bahwa bangsa Indonesia saat ini, belum memperoleh kemerdekaan yang integral (menyeluruh).

Setiap darah, keringat dan air mati para pejuang dan syuhada terdahulu yang menjadi harga untuk membayar kemerdekaan, adalah suatu hal yang patut bahkan wajib kita hargai dan juga kita hormati saat ini, sehingga Alhamdulillah, sampai detik ini, kita tidak lagi merasakan penjajahan secara fisik ataupun konstitusional. Kalau dulu perdagangan kita dimonopoli oleh kongsi dagang asing, saat ini petani kita tidak lagi perlu merasa takut mengatakan, 'ini adalah sawah saya, sehingga saya bebas menanam apa saja disini', kalau dulu mereka yang menyuarakan kemerdekaan, diancam hari esok tidak akan melihat matahari terbit, maka sekarang, setiap dari kita, bisa menikmati indahnya semburat langit merah yang tengah menyambut matahari pagi selepas subuh, kalau dulu para pemuda dipaksa untuk dipekerjakan semaunya di tanahnya sendiri, dirumahnya sendiri, suka ataupun tidak suka, maka sekarang, anak-anak muda bebas untuk memiliki mimpi-mimpi besar untuk bangsanya, dan memperjuangkan mimpi-mimpinya itu. Alhamdulillah. Kita harus mensyukuri semua itu. Pencapaian yang telah dilakukan oleh pejuang terdahulu, bagi saya adalah modal untuk memerdekaan sepenuhnya bangsa Indonesia saat ini. Ya, saya menyadari bahwa saat ini Indonesia tengah dijajah dalam versi yang berbeda: banyaknya perusahaan asing yang cenderung merugikan, dominasi produk-produk luar di pasar domestik, tergerusnya kekayaan alam, bangga terhadap budaya barat yang mengesampingkan identitas bangsa, dan juga permasalah korupsi yang semakin menggurita, itu semua menjadi faktor penyebab mengapa kesejahteraan yang menasional menjadi utopia hingga saat ini. Ya, itulah tantangan-tantangan baru yang ada dihadapan kita saat ini, selepas kemerdekaan telah berhasil dideklarasikan. Tantangan-tantangan yang perlu kita jawab untuk menyempurnakan kemerdekaan. Dan kita semualah, pemuda-pemudi angkatan '20, yang paling bertanggung jawab menjawab tantangan-tantangan itu, dalam rangka melanjutkan estafet perjuangan yang telah dicapai oleh para pejuang terdahulu. Indonesia sudah merdeka? Sudah, namun belum kemerdekaan yang integral. Kitalah yang bertanggung-jawab untuk meng-integral-kan makna kemerdekaan itu. Merdeka !

Terakhir, tulisan ini sejatinya berawal dari tergugahnya penulis dengan perkataan Ust. Tengku Dzulkarnain di dalam sebuah kajian yang mengangkat tema "Kemerdekaan dalam Perspektif Islam" di Masjid Ukhuwah Islamiyah kemarin. Dalam kajian tersebut beliau berkata:

"Kemerdekaan adalah warisan para pejuang bangsa dan amanat untuk anak dan cucu generasi mendatang."


Ya, sekali lagi, ingin menyampaikan, bahwa kemerdekaan ini adalah warisan dari para pejuang bangsa kita terdahulu yang patut bahkan wajib untuk kita syukuri, kita patut berdoa semoga Allah membalas setiap pengorbanan mereka dengan sebuah kebaikan dan memberikan mereka tempat yang sebaik-baiknya di Syurga. Dan juga tak lupa untuk tanggung jawab kita saat ini, kita perlu untuk membenahi apa-apa yang masih menjadi kekurangan dari bangsa ini, karena kelak, anak dan cucu kita di generasi mendatang, sangat-sangat berhak untuk mewarisi kondisi Indonesia yang jauh lebih baik. InsyaAllah.

Dirgahayu Indonesiaku yang ke-69

Semoga bangsa ini, bisa menjadi lebih baik lagi kedepannya. Mari kita berkontribusi menjawab tantangan bangsa. Semata, untuk...

Indonesia yang lebih Merdeka,
Indonesia yang lebih Bermartabat, dan
Indonesia yang lebih Berdaulat


Dirgahayu Indonesiaku. Merdeka !

Tertanda,
Penulis yang baru belajar nulis.

Sabtu, 09 Agustus 2014

Suami Itu Title Prestisius

Suami itu title prestisius
1. Suami itu title prestisius | Hanya yang bermental kuat yang bisa mengambilnya | Yang penakut hanya berkutat pada title Pacar Cowok
2. Tak sadarkah kita para calon suami, bahwa kita dituntut lebih kelak saat berumah tangga. #PersiapanCalonSuami
3. Kita lah pemimpin rumah tangga | Kita lah yang menentukan mau dibawa kemana keluarga kita kelak. #PersiapanCalonSuami
4. Sudah sejauh apakah persiapan kita untuk mengemban amanah berat itu ? Main2 kah persiapan kita. Kasian anak istri nanti :(
5. Kuatkanlah hafalan Qur’an mu | Karena kelak engkau akan menjadi imam sholat malam bagi istrimu. #PersiapanCalonSuami
6. Tundukkanlah pandanganmu pada yg belum halal | Karena itu bukti kesetiaanmu pada istrimu kelak. #PersiapanCalonSuami
7. Banyaklah mengkaji Al-Qur’an dan Hadits | Kelak itu akan berguna saat istrimu minta pendapat sesuatu. #PersiapanCalonSuami
8. Pastikan setiap rupiah yg engkau dapat saat ini halal | Karena istri dan anak2mu kelak nasibnya ditentukan dari halal tidaknya rezekimu
9. Bangunlah sebelum subuh. Dan jangan tidur lagi setelahnya | Kelak aktifitas keluargamu bakal dimulai sepagi mungkin. #PersiapanCalonSuami
10. Rumuskan visi berkeluarga sejak sekarang. Tuliskan | Itu bakal jadi panduanmu menata keluarga kelak. #PersiapanCalonSuami
11. Pengen keluarga yg penghafal Qur’an ? Tuliskan | Maka nanti sejak akad, hamil, melahirkan, dan anak itu lahir, kau akan senandungkan
12. Pengen keluarga yg bervisi surga ? Tuliskan | Maka nanti setiap keputusan yg kau ambil bakal berlandas Al-Qur’an dan Hadits
13. Pastikan engkau mengadu masalah ke Allah | Jangan sampai saat nikah nanti, selain Allah dan istrimu, ada org lain yg mendenngar keluhmu
14. Bekerja keraslah saat ini | Fitrahnya, dirimulah yang mencari uang | Sekali lagi, pastikan halal proses hingga hasilnya
15. Berlatihlah kejujuran sejak saat ini, mulai dari hal2 kecil | Kelak kejujuran itu jadi penguat rumah tanggamu. #PersiapanCalonSuami
16. Pelajari konsep ketauhidan dengan baik. Sampai detail. | Itu mencegah keluargamu masuk dalam jurang kesyirikan
17. Belajarlah sejak sekarng akrab dgn anak kecil. Belajar gendong anak yg bener juga | Anak mu kelak butuh sahabat yg mengerti dia
18. Biasakan sejak muda berpakaian rapi dan wangi | Istrimu juga butuh suami yang merawat diri dan wangi menyenangkan hati :)
19. Pelajari juga gombalan romantis. Lihat bagaimana Rasulullah memperlakukan istrinya | Kelak istrimu bakal butuh momen2 seperti itu
20. Asah lagi kesabaran mendengar | Ada dua telinga, dan satu mulut | Kemampuan mendengar curhatan istri, bs buat istri setia curhat
21. Olahraga lah | Bagaimanapun, perut buncit itu mengganggu aktifitas. Serius. :)#PersiapanCalonSuami
22. Pelajari skill rumah tangga : Masak, nyuci, nyapu, ngepel, ngurus anak | Saat istri sakit atau hamil besar, kamu lah yg menggantikan
23. Pelajari skill memasak yg dasar juga. Ga perlu enak banget. Cukup jangan asin dan hambar aja | Kelak surprisekan masakan mu ke istri
24. Lupakan masa lalu mu dan masa lalu istri mu | Ga perlu diingat lagi | Hadapi hidup ke depan bersama. #PersiapanCalonSuami
25. Pelajari juga pengetahuan dasar soal organ reproduksi wanita, tentang siklusnya, dan gejolak hormonal menjelang haid | Bersabarlah :)
26. Berusahalah sejak sekarang jaga rahasia orang | Kelak, engkau akan memegang rahasia istrimu, dan kamu akan pegang kuat itu
27. Pelajari skill penanganan kegawatdarurat di rumah. Misalnya luka : tersayat, kebakar, jatuh | Jangan suami org lain yang duluan
28. Biasakan sering menghadiri kajian ilmu agama | Kelak, engkaulah yg akan ngajak istrimu datang kajian, berdua :’)
29. Biasakan tepat waktu dalam segala hal | Karena, ga mau kan istrimu nunggu kelamaan pas minta dijemput ? :) #PersiapanCalonSuami
30. Dan terakhir, haus lah dengan ilmu | Terus belajar akan segala hal | Prioritaskan ilmu agama, tauhid jadi landasan. #PersiapanCalonSuami
31. Kelak, persiapanmu yang tak mudah ini akan diberi balasan Allah berupa jodoh terbaik menurutNya. #PersiapanCalonSuami
32. Semangat mempersiapkan diri para calon suami yang luar biasa hebatnya ! Berikan istri kita hadiah terbaik, dgn kesolehan diri kita.

Allahummaj'alnaa lilmuttaqiina imaaman...

sumber: http://islahzone.wordpress.com/