Kamis, 10 April 2014

Menatap Semesta [Renungan]

Ikhwah Fillah...

Tatkala kita telah sampai pada titik, dimana kita merasa jenuh dengan aktivitas-aktivitas dakwah, lelah dengan tuntutan amanah yang begitu melimpah, mulai bosan dengan ingar bingar dan carut-marut kehidupan, putus asa, karena melihat kondisi manusia-manusia, yang sampai saat ini, masih saja dalam kondisi tidak sadar.

Tatkala keimanan ini sudah mulai rapuh, kadar asa yang sudah mulai melemah, karena selalu saja menyaksikan, realita lingkungan yang begitu menggelisahkan, fakta lapangan yang sangat jauh dari harapan yang selama ini kita nantikan, entah, sepertinya, hati kecil ini mulai berbicara, bahwa...

Hahhh... 'perjuangan yang kita lakukan ini, sepertinya sudah tidak bisa kita harapkan lagi...'

Ikhwah, tatkala kita telah jatuh pada kondisi seperti itu, telah terjebak dengan situasi semacam itu, maka berhentilah sejenak, rehatkan badan dan pikiran, lalu duduk, dan menepilah...

Cobalah untuk mengalihkan pandangan kita walau sesaat. Alihkanlah pandangangan kita ke atas, ya, ke atas. Lihatlah, diatas sana ada sesuatu yang begitu indah, langit, tataplah semesta itu, tataplah, dan tataplah lagi barang sejenak, cobalah cermati dan hayati, ia begitu luas, sangat luas, membentang luas di antara dua sisi dunia, ufuk timur dan ufur barat kehidupan, ia begitu tenang di dalam keteraturannya, begitu hening dalam diamnya, dan begitu cantik dalam ketaatannya, menjalankan titah tuhan untuk terus menaungi kehidupan ini, dalam kedamaian perputaran waktu.

Tataplah sekali lagi, maka tidaklah kita akan temukan cacat darinya walau sejengkal, tidaklah kita dapati pada dirinya sebuah keretakkan, sungguh, gradasi warna pada dirinya, begitu sangat mengagumkan. Ya, antum benar akhi, ukhti ! Semesta itu adalah Maha Karya Allah, Dzat Yang Maha Agung, yang ada dalam kehidupan ini. Ia merupakan salah satu tanda-tanda Kebesaran-Nya, bagi sesiapa yang mau berfikir barang sejenak, merenungkan dengan mendalam, akan hakikat keberadaannya.

Sungguh, ikhwah, terkadang kita lupa, bahwa Allah Yang Maha Besar, selalu menyertai kita, terkadang kita terlalu dikerdilkan oleh masalah-masalah kehidupan, kita terlalu tertekan dan terlalu larut dalam mengurusinya, sehingga kita lupa untuk menempatkan Allah dalam amal-amal kita, kita lupa, akan Hakikat Kebesarannya, mudah bagi-Nya, membentangkan untuk hamba hamba-Nya, jalan-jalan kemudahan. Kita lupa, bahwa Allah Yang Maha Besar, menyertai kita semua. Astaghfirullah, Allahu Akbar...

"Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam (agama) Kami, maka Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah, beserta orang-orang yang berbuat baik. (Q.s. al-'Ankabut: 69)"

Tataplah Semesta !


Akhukum fillah.

Minggu, 06 April 2014

Islam dan Peradaban

           Alhamdulillah, tepat pada hari ini, ana mendapatkan pencerahan yang luar biasa tentang makna dari menuntut ilmu bagi seorang muslim, sebuah pencerahan yang didapat melalui forum kajian kecil bersama saudara/i satu LDK, pada acara PIKSEL (Pelatihan Kaderisasi dan Ilmu Keislaman) MT'14, bagi ana, ini bukanlah sekadar kajian biasa yang ada pada umumnya, karena kajian kali ini mengangkat sebuah tema yang cukup berhasil mencuri perhatian hidup ana akhir-akhir ini, ya, sebuah tema tentang Islam dan Peradaban, sebuah tema yang mampu menakjubkan wawasan, ditambah lagi pada kajian kali ini mengundang pemateri yang nampaknya paham betul tentang jalannya peradaban yang sudah tercatat dalam sejarah hidup umat manusia, khususnya umat Islam.

Adalah Ustadz Noorahamat, narasumber pada materi kali ini yang berhasil membuat takjub seluruh peserta yang mendengarkan pemaparan beliau tentang peradaban prestisius yang berhasil dicapai oleh umat Islam terdahulu, yaitu peradaban ilmu. Dengan gaya pemaparannya yang khas dan sangat intelek, ustadz yang merangkap sebagai seorang ilmuwan dan peneliti dalam bidang Astronomi Fisika ini, mampu menguraikan hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik dari setiap peristiwa sejarah yang terjadi, sepanjang perjalanan peradaban islam dalam bidang sains dan teknologi. Pemaparan beliau tentang motivasi untuk berprestasi yang dimiliki oleh ilmuwan-ilmuwan muslim terdahulu, sangat memuaskan logika berpikir mahasiswa.
 
Pada kesempatan kali ini, melalui tulisan yang sangat sederhana, ana ingin mencoba berbagi pencerahan dan pelajaran yang ana dapatkan dari kegiatan ini, kepada akhi/i yang mungkin berhalangan hadir pada kesempatan tadi, disamping juga ingin coba mengikat kembali pengalaman dan pemahaman yang didapat, melalui sebuah tulisan. Dengan menguraikan kembali kata-kata hikmah yang ana dapat dari beliau melalui catatan kecil yang ana buat, semoga, setiap ilmu yang mengalir dari lisan beliau, bisa tersampaikan pula kepada antum semua disini, sehingga menjadi mata rantai, yang membawa energi-energi positif untuk menjalankan kehidupan kita kedepan, kehidupan yang menceritakan sebuah perjalan panjang, tentang mahasiswa penuntut ilmu yang senantiasa gigih dalam belajar, guna menyusun kembali batu-bata peradaban. Semoga bermanfaat.

Perintah Al-Qur’an yang Mengubah Peradaban: IQRO !

Tradisi belajar sejatinya sudah mulai terbentuk dalam kehidupan umat Islam terdahulu, sejak diutusnya Rasulullah Saw. kepada umat manusia di muka bumi oleh Allah Swt. untuk menyampaikan risalah agama Islam. Jauh 14 abad yang lalu, umat ini sudah mengenal betul arti dan makna dari aktivitas belajar, sehingga kita dapati disana bahwa menulis, membaca dan mengajar, itu semua menjadi karakteristik dari peradaban mereka.

IQRO ! Merupakan wahyu pertama yang sampai pada umat ini, sebuah wahyu Allah yang berhasil menggoncang peradaban umat manusia pada saat itu, merubah wajah peradaban dengan motivasi ilmu yang dibawanya. Wahyu ini mengajarkan satu hal penting kepada kita semua bahwa untuk membangun sebuah peradaban yang mulia, dimulai dengan membangun tradisi membaca (iqro), tradisi belajar. Bukan! Bukan perintah Ittaqillah !  Perintah untuk bertaqwa yang merupakan inti dari ajaran islam , yang pertama kali disampaikan Allah Swt. kepada kita semua umat manusia, bukan pula perintah Usjud ! Bersujudlah ! Atau Aamin ! Berimanlah! Bukan akhi… ukhti… Tapi perintah IQRO ! bacalah, bacalah dan bacalah. Mengapa? Karena dengan membaca, dimulai dari membaca pada hari ini, maka hari esok, kita akan menjadi sosok hamba yang bertakwa, bersujud, dan beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Maka IQRO !

Adalah kondisi bangsa arab pra-islam pada saat itu sangat terbelakang baik dari aspek moral, agama, sosial hingga aspek intelektual. Seringkali praktik-praktik kebiasaan jahiliyah masih mereka budayakan, dan itu dianggap hal yang lumrah dalam pandangan mata mereka. Dari aspek agama, kita dapati mereka sering kali berkomat-kamit, memohon doa didepan patung berhala yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri, mengundi nasib, meminta petunjuk paranormal, ahli nujum dan sebagainya. Dari aspek sosial maka kita akan dapati gambaran yang begitu keji dan hina, baik dalam masalah pernikahan, perzinahan, penguburan hidup anak perempuan yang semuanya itu bermuara pada pandangan bahwasannya perempuan adalah makhluk yang hina, yang rendah derajat sosialnya ditengah masyarakat, perjudian, minum khamr dan praktik-praktik kejahiliyahan lainnya yang cukuplah bagi kita menyerupakan bangsa ini, selayaknya noktah hitam di tengah peradaban. Na’udzu billah.

Bangsa ini berada di tengah himpitan dua imperium besar, dua peradaban adidaya yang memegang roda kepemimpinan peradaban dunia saat itu, yakni peradaban Yunani dan Romawi. Keterbelakangan Bangsa arab, sejatinya berada diantara dua peradaban yang secara faktual sudah mampan dalam segi ilmu pengetahuan. Dua peradaban ini memiliki karakteristik ilmu pengetahuan yang begitu kentara perbedaannya. Yunani, merupakan sebuah peradaban yang begitu maju dalam bidang ilmu filsafatnya. Peradaban ini berhasil melahirkan filsuf-filsuf besar seperti Plato, Aristoteles dan Socrates yang buah-buah pemikiran filsafatnya, menunjukan bahwasannya bangsa ini sangat senang berwacana dalam permainan logika, mereka sangat takjub dengan daya pikir manusia, sehingga berfikir dan berfikir, lalu mengeluarkan produk pemikiran, adalah karakteristik peradaban mereka. Adapun Romawi, merupakan peradaban yang unggul akan pemahamannya terhadap ilmu pembangunan dan mekanika, sehingga kita dapati kemegahan bangunan-bangunan besar peninggalannya, masih bisa kita saksikan hingga saat ini. Mereka sangat senang sekali bekerja untuk mendirikan bangunan, sebagai langkah pencitraan bagi peradaban mereka. Kerja dan bekerja, adalah karakteristik bagi peradaban mereka.

Dalam kondisi seperti itu, maka…. DAAAR !! Turunlah sebuah perintah yang berhasil mengubah cerita peradaban saat itu: IQRA ! Kondisi menjadi berubah, bangsa arab yang kaya akan praktik-praktik kejahiliyahannya, kemudian tampil menjadi sebuah bangsa, yang mampu mengambil alih laju roda peradaban. Perintah itu, mampu merubah sebuah peradaban yang semulanya hina, menjadi peradaban yang penuh dengan kemuliaan, peradaban ilmu. Wallahu a’lam.

IMAN DAN PERADABAN CAHAYA

Sejauh ini, penulis yakin bahwa pembaca pasti mengenal beberapa nama Ilmuwan yang pernah ada dalam dunia sains dari barat, sebut saja ilmuwan kaliber seperti Galileo Galilei, Nicolas Copernicus, Isaac Newton, Charles Darwen, Albert Einstein dan sebagainya. Atau dalam dunia sosial mungkin kita tidak asing lagi dengan nama August Comte, yang dikenal sebagai bapak sosiologi, Herbert Spencer, Immanuel Kant, Rese Descartes, dan sederat nama lainnya yang pernah bahkan sering kita dengar pada masa-masa sekolah dulu, hingga berhasil membentuk mindset kita pada waktu itu, bahwa peradaban ilmu hanya terjadi di tanah eropa, hanya terjadi, penulis sampaikan dengan bahasa ini, karena memang porsi informasi yang disampaikan kurikulum pada waktu itu tidak bersifat adil, sehingga kita semua luput, bahwasannya jauh sebelum peradaban itu, ada suatu peradaban yang berhasil dibangun oleh umat Islam, peradaban yang sangat prestisius, peradaban yang begitu gemilang, atau penulis lebih senang menyebutnya sebagai, peradaban cahaya.

Terdapat nama seperti Ibnu Sina (kedokteran), Al-Biruni (fisika), Al-Khawarizmi (matematika), Al Jazari (robotik), Al-Abbas (kejiwaan), Ibnu Rusyd (filsafat), ibnu firnas (penerbangan) dan sederat nama lainnya yang menjadi tokoh sentral dalam peradaban itu. Masing-masing dari mereka mengambil peran dalam membangun peradaban cahaya. Sebuah peradaban yang menjadi pionir peradaban kemuliaan,  yang berhasil mengintegrasikan aspek pemikiran dan kerja yang sudah ada sebelumnya dengan sangat harmonis. Peradaban yang telah sampai pada pencapaian yang mampu membuat mata para ahli sejarah masa kini terbelalak. Sebuah pencapaian yang beranjak dari sebuah motivasi keimanan, atau kesadaran vertical dan horizontal, itu bahasa yang dipakai Ustadz Noorahmat untuk menggambarkan pemahaman mereka terhadap Islam. Berawal dari motivasi keimanan, mereka bisa sampai pada peradaban cahaya, sehingga peradaban yang berada disekitarnya pun merasa iri, seraya berkata, “Kok peradaban itu bisa terang sih?"

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Pemahaman mereka terhadap surat al-Baqarah ayat 30 diatas menyadarkan peran mereka yang menjadi salah satu komponen dalam alam semesta ini, adalah sebagai khalifah, pemimpin atau pengelola. Alam semesta atau pada ayat tersebut menggunakan istilah al-Ardh, mencakup di dalamnya tentang bumi, dan juga langit. Mereka berfikir, kalau memang alasan mereka diciptakan di muka bumi sebagai khalifah untuk memberdayakan apa yang ada di langit dan di bumi, maka kita pasti mampu menjangkau, meraih dan mengelola keduanya, but how? Lihat, bermula dari perenungan sebuah ayat, berhasil memacu akal mereka untuk berfikir, pada fase ini, bibit-bibit tradisi berfikir, sudah mulai tampak bagi peradaban ini.

Pada fase selanjutnya, maka kita dapati terobosan luar biasa dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, katakanlah ibnu sina yang berhasil mengkodifikasi ilmu kedokteran dalam sebuah buku yang sangat fenomenal dalam sejarah kedokteran hingga saat ini, Qanun fii Ath-Thiib atau Canon of Medicine, yang semua pencapaian itu beliau mulai, dengan keyakinan teguh atas informasi Rasulullah Saw. Bahwasannya tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya ! Kita beralih dalam bidang matematika sekarang, siapa yang tidak mengenal Al-Khawarizmi ? Terlalu kalau sampai tidak kenal. Hhe. Ilmuwan muslim yang membidangi ilmu matematika dan astronomi ini, digadang-gadang dikenal juga sebagai bapak algoritma.  Beberapa pencapaian yang berhasil dilakukannya dalam bidang matematika adalah, beliau berhasil menemukan rumusan trigonometri: sin, cos dan tangen. Menemukan angka nol, dan yang membuat saya takjub adalah ternyata bilangan arab (0, 1, 2, 3, dst.) merupakan pencapaian hebat beliau, yang manfaatnya bisa kita rasakan saat ini dalam ilmu hitung. Ketahuilah ! Penemuan beliau tentang bilangan arab tersebut, berangkat dari ketaatan beliau untuk menjalankan perintah agama Islam, terkait hukum mawaris/ warisan yang saat itu sangat sulit jikalau dilakukan dengan perhitungan angka romawi (I, II, III, IV, V, dst) yang sudah ada sebelumnya. Dan pencapaian-pencapaian luar biasa lainnya yang tercatat dalam sejarah, yang tidak mungkin penulis uraikan semua di tulisan sederhana ini.

Ikhwah fillah, inilah peradaban kita, peradaban umat Islam, peradaban cahaya yang berhasil diperjuangkan oleh teladan kita semua, Rasulullah Saw. Beliaulah sosok perombak peradaban, yang namanya berhasil menempati posisi nomor 1 sebagai sosok yang sangat berpengaruh dalam sejarah kehidupan manusia. (Michael H. Hart, Sejarawan Barat yang Bersikap Objektif). Beliau adalah seorang nabi bagi umatnya, pemimpin di negaranya, ayah dan suami di keluarganya, pendidik bagi para sahabatnya, komandan perang bagi bala tentaranya yang semua peran itu berhasil dijalankan harmonis oleh beliau, sehingga beliau tampil menjadi sosok yang patut diteladani dan diperhitungkan bagi peradaban. Allahumma sholli wa sallim ‘alaih. Sampaikanlah salam cinta kami, kepadanya. Allahumma Aamiyn.

Sebagai penutup dalam tulisan ini, penulis ingin sampaikan kata-kata inspiratif dari Ustadz Noorahmat yang sempat terdengar oleh telinga dan mampu meneguhkan keimanan dan kebanggaan terhadap agama ini.

Jadilah sosok-sosok manusia, yang tidak hanya sekedar berfikir bagaimana caranya kita bisa sampai pada syurganya Allah, namun berfikirlah bagaimana kita bisa sama-sama membangun syurga di bumi ini dengan ilmu pengetahuan, sehingga kita kelak, layak masuk syurganya Allah yang jauh lebih indah, dari apa yang sudah kita ciptakan di bumi. 

“Belajarlah, dan berkaryalah, karena hidup ini hanya sebentar, maka jadilah bermanfaat dengan berkarya.” 
“Persepsikanlah Al-Qur’an sebagai bukan sekadar buku-buku yang mengajarakan kita tentang bagaimana cara beribadah kepada Tuhan saja, tapi persepsikanlah al-Qur’an sebagai buku yang mengkodifikasi berbagai ilmu pengetahuan, guna membangun peradaban.”

Akhukum filllah.