Selasa, 29 Juli 2014

Ade' Musa, Hafidz al-Qur'an Kebanggaan Bangsa

Musa. Anak usia 5 tahun yang Hafidz Qur'an.

Pada kesempatan kali ini, saya ingin berbagi kisah inspiratif kawan, sangat inspiratif.

Siapa yang tidak kenal dengan nama Musa dari Hafiz Indonesia? Namanya cukup tenar belakangan ini di Indonesia karena kemunculannya sebagai anak kecil berusia 5,5 tahun, yang telah menghafal 30 Juz Al-Qur'an di acara Hafidz Indonesia di salah satu stasiun televisi di Indonesia. Saya tidak bercanda, di usianya sekarang, 5,5 tahun, anak yang berasal dari Bangka ini telah selesai merampungkan hafalan al-Qur'an, sebuah kitab umat Islam yang ditulis dengan bukan bahasa ibu, tapi ditulis dengan bahasa asing yaiut bahasa arab. Sebuah kitab yang terdiri dari 30 juz, 114 surat dan 6000 lebih ayat, ditambah lagi terdapat beberapa ayat didalamnya yang hampir serupa yang perlu ketelitian untuk membedakannya. But, this is real among us, ada seorang anak kecil, yang usianya masih 5,5 tahun, sekali lagi saya ulangi, seorang anak kecil di usia 5,5 tahun, telah berhasil menghafalkan al-Qur'an - Imam bessar Syafi'i dahulu selesai menghafalkan al-Qur'an di usia 7 tahun -.

"This is miracle !", kata itu yang keluar dari mulut seorang wakil menteri agama, Prof. DR. Nazaruddin Umar yang sempat menjadi juri di acara Hafidz Indonesia.

"Ini membuktikan janji Allah dalam al-Qur'an, Walaqod yassarnal qur'ana lidzdzikri...", sahut Syeikh Ali Jabir, Imam besar Masjid Madinah yang takjub menyaksikan janji Allah.

"Ya, ini terjadi karena al-Qur'an adalah fitrah manusia, sehingga seorang anak kecilpun yang umumnya tidak bisa membaca al-Qur'an, namun anak ini bisa menghafalnya.". terang Ust. Amir Faishol melengkapi pujian terhadap keajaiban yang disaksikan sejuta mata manusia ini.

Rekaman videonya ada disini : http://www.youtube.com/watch?v=4tytFJlshqE

Allahu Akbar. Ya Allah, Allahu Akbar. Meleleh air mata ini, ketika menuliskan kata-kata pujian dari orang-orang besar di atas, terhadap anak kecil ini. Rasa malu menghantui, merasa diri begitu sia-sia, karena di usia yang sudah memasuki kepala dua, masih jauh sekali kedekatan dengan al-Qur'an. Allahu rabbi, semoga ini menjadi cambuk halus bagi kita semua, rahmat Allah begitu luas, janganlah berputus asa.

Tidak ada asap kecuali karena ada api. Begitupun ade' Musa, anak ini tidak serta merta begitu saja menghafal al-Qur'an di usia 5 tahun, anak ini ternyata telah melalui proses penempaan yang sangat kuat dari ayah dan ibunya yang sholeh. Pada kesempatan kali ini, saya akan sampaikan kiat-kiat yang diterapkan Abi dan Umi Musa, ketika mendidik ade' Musa hingga menjadi penghafal al-Qur'an.

1. Peran orang tua sangat menentukan.
Abu Musa, ayahnya jauh-jauh hari berkeinginan kuat untuk memiliki anak yang menjadi penghafal qur'an, maka ia pun memulainya dengan mencari wanita sholehah yang kelak akan menjadi ibu yang mendidiknya. Ya, Ibu adalah Madrasatul Auwlad, sekolah bagi anak-anaknya, bermula dari niat kuat dan dengan menyiapkan tempat belajar yang tepat, maka tidak salah kalau anak ini bisa hafal al-Qur'an.

2. Kenali agama sedari kecil
Orang tua Musa' telah mengajari anaknya mengenal huruf-huruf hijaiyah yang ada di al-Qur'an sejak usia 3 tahun - informasi yang saya dapat -. Subhanallah, 3 tahun kawan, masih sangat belia. Ayah Musa sering kali menempel huruf-huruf hijaiyah di tembok yang ada dirumahnya, sehingga lingkungan yang adapun benar-benar mendukung. Bahkan informasi yang saya dapat, yang membuat saya sangat takjub, anak ini sejak kecil menyenangi video murottalnya Muhammad Thoha, ceramahnya Syeikh bin Baz, Syeikh Utsaimin dsb ketika anak kecil seusianya lebih menyenangi video upin-ipin dan spidermen. Pantas ya ? :)

3. Sedikit ketegasan
Ketegasan menjadi modal utama orang tua Musa mendidiknya, sampai dikatakan ketika Ade' Musa merasa bosan ketika menghafal al-Qur'an dan menangis, orangtuanya walaupun sebenarnya merasa iba, tetap memaksa Musa untuk terus lanjut menghafal, prinsip yang mereka pegang, kalau tidak dimulai dari sekarang maka kedepan pasti akan lebih susah. Abi Musa juga sering membangunkan Musa pukul setengah tiga pagi, untuk membimbing Musa' mulai me-muroja'ah kembali dan menambah hafalannya. Hingga beranjak subuh, Musa' terus dan terus menghafal. Dalam kesehariannya juga Umi Musa cukup disiplin membagi waktu aktivitas Musa', kapan bermain dan kapan Musa' harus menghafal. Kebiasaan yang cukup unik yang ada didiri Musa, ketika bermain dengan teman-teman seusianya, sering kali terlihat Musa' sambil mengulang-ngulang hafalannya. Hmmm. Setahu saya memang sudah jadi salah satu tabiat penghafal al-Qur'an, hehe.

Satu prinsip yang dipegang orang tua musa dalam mendidik anaknya yaitu: Kelembutan dan Ketegasan adalah hal yang harus senantiasa ada. Hmmm, saya menyebut ini, Kebijaksanaan ! ^^

Selamat Musa', engkau telah berhasil mendapatkan banyak keutamaan, Rasulullah sangat mengutamakan sahabat yang hafal Qur'an untuk memimpin, ada janji syafa'at dari Allah bagi mereka yang menghafalkan Qur'an dan ketahuilah, engkau telah menjadi anak berbakti yang kelak menjadi penyebab kedua orang tua mendapatkan mahkota kemuliaan dari Allah Swt di yaumil akhir. Allahu yubarik fik Musa', insyaAllah.

Ya Allah, di usia kita yang tersisa, semoga kita bisa menyusul Ade' Musa dan mengejar semua ketertinggalan. Semoga kedepan kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik.

Oh iya, kabar terakhir yang saya dapat, Musa' terpilih sebagai delegasi Indonesia untuk mengikuti lomba Hafidz Internasional di Jeddah, Arab Saudi. Ade' Musa menjadi peserta termuda dan memperoleh nilai mumtaz (sempurna). Bravo !


Bagi saya, engkau adalah mutiara bangsa ini, semoga kelak engkau menjadi salah satu pemimpin bangsa ini nak. ^^

Allah A'lam.

Jumat, 25 Juli 2014

Aksi Solidaritas Peduli Palestina

Aksi Solidaritas Peduli Palestina, Bundaran HI, Jakarta Pusat

Alhamdulillah.

Bisa tambah satu postingan cerita lagi. ^^

Ya, beberapa minggu yang lalu, saya bersama dengan rekan-rekan perjuangan di LDK, menghadiri salah satu seruan jihad, hmm, tepatnya seruan aksi, untuk solidaritas peduli palestina dari komunitas ODOJ-ER. Dikumpulkannya masa di salah satu titik kota Jakarta yang jadi idaman para mahasiswa yang ingin beraksi, yaitu Bundaran HI, Jakarta Pusat.

Ini merupakan aksi yang sudah kesekian kalinya saya ikuti, kalau diingat-ingat, dari setiap aksi yang saya ikuti, hampir semuanya aksi untuk saudara kita di Palestina. Entah kenapa, hanya ketika undangan aksi macam ini lah, kaki saya tergerak untuk segera turun ke lapangan bersama rekan-rekan seperjuangan. Ya Allah, kita semua berharap, semoga inilah tanda keimanan, yang tiada keraguan ketika hendak melakukan amalan kebaikan.

Tidak banyak yang ingin saya sampaikan pada postingan kali ini, hanya ingin menyampaikan beberapa hikmah atau pelajaran, yang saya dapat setelah merenunginya ketika dan setelah melakukan aksi ini, yang boleh jadi bisa bermanfaat dan menginspirasi pembaca sekalian, untuk ikut meramaikan aksi-aksi berikutnya. :)

Ada beberapa hikmah yang bisa saya petik, ketika melakukan aksi turun kelapangan, dalam kapasitas sebagai mahasiswa:

Yang pertama, merealisasikan salah satu peran mahasiswa sebagai social control dalam kehidupan bermasyarakat.

Ya, peran ini adalah amanah masyarakat. Mahasiswa sebagai manusia terdidik yang dianugerahi kemampuan berfikir yang tinggi, kecakapan analisa dan keterampilan menyelesaikan masalah , memiliki tanggung jawab untuk senantiasa berada di garda terdepan dalam menjaga kondisi sosial yang terjadi di masyarakat. Sekaligus juga menyadarkan warga masyarakan yang boleh jadi belum sadar dengan keadaan. Suara kita mewakili suara masyarakat, sehingga memiliki pengaruh yang lebih mungkin untuk didengar oleh pemerintah ketika terjadi ketimpangan-ketimpangan di tengah masyarakat.

Barisan akhwat yang terlihat tidak mau kalah menunjukkan dukungannya

Yang kedua, mengkonsolidasikan dukungan moral dan doa untuk saudara kita di Palestina dalam wujud yang lebih besar, aksi. Dunia melihat, dan palestina pun melihat. Saya yakin saudara palestina akan sangat senang ketika mengetahui kita memberi dukungan kepada palestina selepas sholat kita, namun akan lebih menyenangkan mereka ketika mengetahui bahwa dukungan itu diberikan oleh saudara-saudaranya dari berbagai penjuru, meninggalkan rumahnya masing-masing, menempuh perjalanan jauh untuk berkumpul di satu titik, menggalang donasi besar-besaran, penyadaran masyarakat sekitar, dan kemudian memanjatkan doa bersama di lapangan, di tengah turunnya hujan yang membasahi badan ! Mustajab insyaAllah.

Yang ketiga, dengan aksi, mampu menggetarkan keimanan. Ya, getaran itu terasa ketika mendengar takbir yang menggema di lapangan, dan semakin dikuatkan lagi dengan orasi penyadaran yang kita dengar langsung dari para tokoh dan pemuka agama, yang insyaAllah mereka adalah orang-orang sholeh, orang-orang yang begitu hebat amal kebaikannya.

Ya, kurang lebih tiga poin hikmah ini lah, yang membuat saya sadar, kenapa kita mahasiswa perlu untuk turun kejalan melakukan aksi semacam ini. Kalau ada yang mau menambahkan, monggo silahkan.^^

Allahu A'lam.