Selasa, 22 Maret 2016

Mengenal Sosok Ridwansyah Yusuf Achmad

Saya mengenalnya, sejak awal aktif dalam pergerakan Islam di Kampus. Beliau betul-betul menginspirasi hidup saya, dan atas Izin Allah, melalui buku-buku beliau tentang dakwah kampus, langkah saya terbimbing selama membuat keputusan-keputusan di dalam organisasi kampus yang saya jalani. Jazahullahu bi Ahsanil Jaza'. Yuk. Kita coba kenali lebih jauh sosok beliau...

*** 
Salam Cinta untuk Perdamaian dan Perjuangan, Salam Hangat untuk Sahabat Semua ^^. Perkenalkan nama saya Ridwansyah Yusuf Achmad. Nama yang unik dan penuh beban (jika Anda percaya bahwa nama itu do’a). Ridwan berasal dari malaikat ridwan yang bermakna menjaga atau mengawal. Syah identik dengan nama raja di palembang. Bisa jadi ridwansyah berarti “menjaga kerajaan, menjaga amanah, menjaga negara, atau bisa juga kalau mau heroik, pemimpin negara yang mampu menjaga rakyatnya. Yusuf dari nama Nabi Yusuf, dan achmad adalah nama kecil dari nabi Muhammad. Semoga sifat sifat yang di doakan melalui nama ini dapat saya wujudkan. 
Saya dilahirkan di bumi Allah ini dalam di waktu yang tidak terduga,-dunia medis menyebutnya prematur-. Lahir sebelum waktunya dengan berat badan yang lebih berbobot ketimbang bayi pada umumnya, itulah saya di saat permulaan memulai kehidupan di dunia ini. Dengan tanda lahir di punggung, dokter saat itu mengatakan kepada mama saya, “anak ini akan banyak menanggung beban kelak”. Hingga saat ini saya belum begitu mengerti makna di balik pesan sang dokter. Tetapi saya mengganggap, mungkin beban dunia akan saya pikul. Memikirkan kebahagiaan masyarakat menjadi bagian dari kehidupan saya.
Saya berasal dari keluarga bahagia, dengan papa Achmad Junus alumnus Teknik Mesin ITB angkatan 78 ,seorang profesional pekerja keras dan ikhlas di bidang perminyakan, dan mama Erlinda Muslim alumnus teknik industri ITB angkatan 79 ,seorang penyayang yang berprofesi sebagai dosen di Teknik Industri, Universitas Indonesia. Saya anak kedua dari empat bersaudara, abang saya Nuhansyah Sulaiman sudah menikah dengan uni riafeni karlina, mereka saat ini sedang mengambil Ph.D di tohoku university, Jepang. Adik saya Nadhila Shabrina merupakan mahasiswi Teknik Elektro-Arus kuat di ITB, dan Adik saya yang paling kecil Muhammad Rizqi saat ini bersekolah di SMP 85 Jakarta.
Memasuki taman kanak-kanak di usia yang juga cukup muda, yakni 2 tahun di TK Islam Amanah. Disana saya belajar tentang kehidupan dan agama. Sebuah permulaan menuntut ilmu yang sungguh menyenangkan, belajar mengenal benda mati dan hidup. Mengenal senyum tawa dan canda yang bersatu padu dalam keriangan masa kanak-kanak. SD Negeri 12 Pondok Pinang Jakarta menjadi tempat pelabuhan pertama saya dalam pendidikan dasar, di usia yang masih muda, yakni 5 tahun. Peran sebagai pemimpin pertama kali saya rasakan di kelas 1 SD, yakni sebagai ketua kelas, yang bertanggung jawab memimpin barisan sebelum masuk dan salaman ke guru. Lalu memimpin do’a sebelum kami meninggalkan kelas. Sebuah amanah yang sangat sederhana tentu, tetapi sejak itu saya sudah di ajarkan tentang tanggung jawab.
Ketika kelas 2 SD, saya mengikuti papa saya yang ditugaskan di Houston, Texas, Amerika Serikat. Disana saya bersekolah di sekolah umum, -walnut bend elementary school-. Sebuah pembelajaran yang sangat besar tentu disana, saya harus berterimakasih kepada papa saya yang menjerumuskan anaknya di sekolah umum,padahal saat itu saya belum bisa berbahasa inggris. Akan tetapi, “keterpaksaan” memahami bahasa inggris dengan cepat agar bisa mengikuti pelajaran menjadi pemicu untuk diri saya. Dan Alhamdulillah, satu tahun di sekolah umum, bersaing dengan orang amerika lain, saya termasuk dalam kelompok murid yang terbilang bernilai baik.
Sekembalinya dari amerika, saya melanjutkan kembali sekolah dasar di SD Negeri 12 Pondok Pinang. Saat liburan akhir caturwulan di kelas 3, sebuah kejadian besar mengubah cara pandang saya menikmati dan mensyukuri hidup. Saat itu, saya di vonis oleh dokter terkena accute lymphoblastic leukemia, atau orang awam mengenalnya dengan kanker darah. Bukan berita yang membahagiakan tentunya buat saya dan keluarga. Penyakit tersebut memang bisa disembuhkan, akan tetapi dengan presentase kesembuhan total yang kecil dan butuh waktu lama untuk membuat seseorang pulih dengan sempurna, atau bisa jadi memang tidak akan sempurna.
Selama kelas 4 SD, saya 100 % tidak mengikuti kegiatan belajar di sekolah, karena secara fisik belum kuat. Saat itu saya sedang menjalani pengobatan chemotheraphy yang berdampak pada lemahnya daya tahan tubuh. Akan tetapi, berkat kebaikan wali kelas saya ibu ngatiyem, saya di izinkan untuk tetap ikut ujian dan beliau bersedia langsung datang ke rumah untuk mengawasi saya mengikuti ujian. Alhamdulillah, atas izin Allah, saat caturwulan ketiga, menjelang kenaikan kelas 5, saya menempati rangking 7 di kelas.
Tiga tahun sejak di vonis terkena leukemia, adalah tahun tahun dimana rumah sakit menjadi rumah keduaku. Jarum suntik sebagai mainan dan bangsal rumah sakit sudah menjadi kasur kedua. Tangisan rintihan sakit menahan jaru jarum itu menembus kulit saat chemotheraphy atau menembus tulang saat pengambilan sum sum tulang belakang, berangsur menghilang seiring sudah terbiasanya saya akan tusukan jarum. Setelah tiga tahun semua itu berakhir, tidak ada lagi zat kimia yang mematikan sel kanker yang masuk ke dalam tubuh saya lagi. Dan masuklah saya pada tahap penyembuhan dan pemulihan,hingga dipastikan sembuh total. Dokter mengatakan membutuhkan 4 tahun dari chemotheraphy terakhir hingga saya bisa dikatakan sembuh total. Itu artinya saat saya sekitar 1 SMA.
Memasuki Dunia SMP di SMP negeri 85 Pondok Labu, kehidupan datar pun dilalui pada mulanya. Menjadi siswa biasa yang tidak begitu aktif satu kelas 1 SMP. Akan tetapi saat kelas dua, saya mulai diajak oleh teman-teman untuk beraktifitas. Saya sempat mencalonkan diri menjadi ketua karya ilmiah siswa, akan tetapi saya gagal saat penyampaian visi misi, dan harus puas dengan menjabat sebagai wakil ketua. Selain itu, di SMP pula lah, saya mulai mengenal dunia pergerakan Islam., yakni saat saya diajak oleh teman saya untuk mendirikan sebuah ekstrakulikuler bernama Rohani Islam. Amanah sebagai sekretaris pun diberikan kepada saya, alhamdulillah Rohani Islam yang kami dirikan dahulu, masih beraktfifitas hingga saat ini.
Masa SMA adalah masa yang paling membahagiakan, saya sepakat dengan pernyataan tersebut. Di SMA seakan keberuntungan dan kemudahan hingga begitu saja ke saya. Terpilih secara aklamasi sebagai ketua kelas dari kelas 1 hingga kelas 3. Terlibat dalam berbagai kegiatan, english debate, rohani Islam, ekstrakulikuler fitness dan Majelis Perwakilan Kelas. Secara akademik, saya bukan siswa yang istimewa, hanya siswa yang menempati 10 besar di kelas. Akan tetapi, pengalama organisasi di SMA memberikan banyak pengaruh dan kesempatan untuk beraktualisasi. Saya sempat di amanahkan sebagai wakil ketua ekstrakulikuler fitness dan Ketua Umum Majelis Perwakilan Kelas, dan dikenal sebagai penggagas pertama pemilihan ketua OSIS dengan sistem kampanye terbuka.
Meninggalkan Jakarta dan menuju kampus dimana orang tua dan kakak saya menuntut ilmu, Institut Teknologi Bandung. Atas izin Allah, saya di beri kesempatan untuk menjadi bagian dari civitas academica ITB. Sebuah lingkungan pendidikan yang sangat amat harmonis dan progresif untuk belajar dan membentuk karakter yang kuat. Saya diterima sebagai mahasiswa Teknik Planologi angkatan 2005.
Awal mula sebagai mahasiswa, saya di amanahkan untuk dua peran informal sebagai wakil ketua angkatan mahasiswa planologi ITB 2005 dan ketua angkatan mahasiswa muslim ITB 2005. Jika di SMA saya lebih banyak di organisasi non-dakwah Islam. Di Kampus ITB, saya mencoba mendedikasikan diri untuk berjuang dan menginspirasi melalui Keluarga Mahasiswa Islam (GAMAIS ) ITB. Hingga saat tingkat dua akhir, saya di amanahkan sebagai Kepala Keluarga Mahasiswa Islam ITB, bersama teman teman seangkatan, dimana Muhammad Luthfi Imam Nur Hakim dan Gumilar Rahmat Hidayat juga merupakan bagian dari dream team yang dibangun oleh kami saat itu. Kami mengemban amanah ini selama 1,5 tahun dengan berbagai karya dan inspirasi. Untuk saya pribadi, selama menjadi kepala GAMAIS ITB, saya telah menuliskan tiga buah buku, yakni :
1. Risalah Manajemen Dakwah Kampus edisi revisi
2. Rekayasa Lembaga Dakwah Kampus
3. Analisis Instan Problematika Dakwah Kampus
Kami menyelesaikan amanah di GAMAIS ITB dengan IPK 3,91 yang diberikan oleh Majelis Syuro GAMAIS ITB sebagai bentuk penilaian dan apresiasi kepada kinerja yang telah kami torehkan.
Selepas dari Kepala GAMAIS ITB, saya di dorong oleh sahabat sahabat seperjuangan untuk mencalonkan diri sebagai Presiden Keluarga Mahasiswa ITB. Dengan bermodal visi besar tentang Indonesia, yang saya maktubkan dalam kalimat visi “MARI KITA BUAT INDONESIA TERSENYUM”. Saya terpilih oleh mayoritas mahasiswa ITB untuk mengembang amanah sebagai pemimpin tertinggi kemahasiswaan ITB pada periode 2009-2010.
Selama menjabat sebagai Presiden KM ITB, saya dan rekan rekan menggagas sebuah pola gerakan mahasiswa pasca-reformasi yang lebih seimbang antara gerakan horizontal ke masyarakat dan vertikal ke pemerintah untuk membangun citra mahasiswa yang produktif dan mau berkolaborasi. Kami membawa konsep entrepreneur, sociopreneur, dan technopreneur sebagai pola pembentukan karakter mahasiswa ITB. Dengan segala upaya yang diberikan, di akhir kepengurusan, kami diberikan nilai IPK 3,2 oleh kongres mahasiswa atas segala perubahan yang telah kami lakukan.
Kini saya berperan sebagai asisten peneliti di Kelompok Keahlian perencanaan wilayah dan desa, saya juga sebagai pemilik atas penerbit buku IDEASPHERE BOOKS serta tergabung dalam tim pendirian perushaan motor listrik bersama rekan-rekan seperjuangan yang kami beri nama MAHAYANA MOTORS PROJECT serta dalam pengusungan sebuah embrio CSR partner.
Kini saya sedang mempersiapkan sebuah ekspedisi jarak jauh untuk lebih mengenal Allah dan ciptaan-Nya dalam sebuah Perjalanan Qur’an yang merupakan satu langkah pembuktian bagi diri saya, apakah saya bisa menginspirasi dunia tanapa embel embel jabatan yang melekat pada saya. Tentunya selama perjalanan Qur’an ini akan ada banyak inspirasi yang bisa di serap, ilmu yang bisa di hikmahkan, dan pesan pesan alam yang bisa ditangkap selama perjalanan menuju baitullah. Bagi saya perjalan Qur’an ini bukanlah sebuah perjalanan biasa, karena di dalam nya akan banyak nikmat Allah yang akan saya syukuri, dan akan banyak ujian dari Allah yang akan saya lewati. Saya juga berharap perjalanan ini mampu menjadi inspirasi bagi para pemuda di Indonesia untuk bisa lebih berpikir bebas dan lepas untuk mewujudkan mimpi.
Rencana hidup saya di masa depan, saya akan melanjutkan jenjang akademik saya hingga mendapatkan gelar master di bidang ekonomi pembangunan dan Ph.D di bidang Politik untuk memantabkan keilmuan yang saya dapatkan di S-1 Teknik Planologi ITB. London School od Economics, di Inggris atau University of illinois-campaign di amerika serikat menjadi pilihan untuk menuntaskan perjalanan hidup “road to Ph.D”.
Saya berencana untuk menjadikan dosen di almamater saya sebagai profesi, dan menjadikan beberapa bisnis sebagai bagian dari implementasi dari semangat entrepreneur yang berkembang. cita-cita lain yang akan dilaksanakan saat saya sudah memiliki kemapanan dalam finansial adalah menjadi seorang community development organizer di daerah daerah terpencil di Indonesia.
Terjun di bidang politik dan pemerintahan menjadi sebuah langkah hidup yang saya yakini akan mengisi awal usia 40 tahun saya kelak. Dengan tetap membawa semangat MARI KITA BUAT INDONESIA TERSENYUM , saya bertekad bisa menjadi bagian dari perubahan Indonesia, menjadi bagian dalam rangka merangkai Senyum Indonesia yang Madani
Karena aku yakin bahwa perjalananhidup ini tiada arti tanpa cinta-Nya…..

sumber: https://perjalananquran.wordpress.com/about/ridwansyah-yusuf-achmad/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar